Persiapan Menyambut Ramadhan

Mempersiapkan menyambut bulan Ramadhan sebagai bulan suci bulan penuh ampunan, bukan semata untuk mempersiapkan untuk tidak makan di siang hari walaupun kita beraktifitas seperti biasa. Memikirkan baju lebaran atau persiapan mudik lainya, namun seyogyanya kita memperhatikan rangkaian 3 bulan yaitu Rajab, Sya’ban dan Ramadhan  dalam meningkatkan ibadah kepada Allah SWT

“Rasulullah bersabda; Rajab bulan Allah, Sya’ban bulanku dan Ramadhan bulan ummatku,” terang KH Ahmad Asnawi

Persiapan Menyambut Ramadhan dengan berpuasa di bulan Rajab

Jadi kita umat muslim harus juga memperhatikan 2 bulan sebelum Ramadhan. Rajab itu bulan Allah, maka Allah memperjalankan nabi Muhammad SAW Isra’ Mi’raj sebagai peristiwa terbesar sepanjang sejarah kehidupan manusia dengan salah satunya perintah shalat.  “Allah membagi-bagi pahala yang luar biasa di bulan ini. Sampai-sampai apabila seseorang yang mau berpuasa sehari akan diberi minum bengawan Rajab,” ujarnya.

Persiapan Menyambut Ramadhan dengan berpuasa di bulan Sya'ban

Sya’ban merupakan bulan Nabi Muhammad. Makanya tidak ada selain bulan Ramadhan yang dipuasai Nabi Muhammad sebulan penuh kecuali bulan Sya’ban.

“Sedangkan Ramadhan itu bulannya umat Nabi Muhammad, padahal puasa Ramadhan sudah ada sejak umatnya Nabi Adam. Lalu mengapa Allah membuat istimewa Ramadhan setelah datang umat Nabi Muhammad,” tambah kiai Asnawi.

Persiapan Menyambut Ramadhan dengan Meningkatkan Amal Ibadah

Dalam sebuah hadis menerangkan bahwa Rajab itu bulan menanam, Sya’ban itu bulan menyiram, Ramadhan bulan memanen. Kiai Asnawi memaknai, orang itu apabila pada bulan Rajab semangat ibadah, pasti Sya’ban tambah semangat, Ramadhan semakin tambah semangat. jadi dibalik barokahnya bulan Ramadhan diikuti juga 2 bulan sebelumnya

“Karena orang menyirami itu lebih semangat daripada orang menanam, sedangkan orang memanen itu lebih semangat dibanding menyirami. Maka bisa di balik, apabila bulan Rajab kok tidak shalat, Sya’ban tambah parah, apalagi Ramadhan pasti tidak bakal puasa. Jadi tidak mungkin orang tidak menanam kok menyirami, lebih tidak mungkin lagi tidak menanam tapi memanen,” jelasnya.

Ia menilai bahwa orang yang sudah panen dinamakan Syawal yang bermakna peningkatan dalam hal ini ibadah. Sedangkan Idul Fitri kembali ke naluri  kesucian seperti ketika orang itu keluar dari rahim ibunya.

Bulan Syawal merupakan sebuah kesuksesan besar yang dapat disebut sebagai yaumul ‘id atau hari Idul Fitri, yakni kembali pada naluri kesucian. Untuk mengetahui bagaimana sukses dalam peningkatan kualitas diri itu tidak lepas diawali dengan tiga bulan sebelumnya, yakni Rajab, Sya’ban dan Ramadhan.

sumber nu.or.id